I.
Perilaku Konsumen
Dalam hubungan antara konsumen
dengan produsen, konsumen membutuhkan keputusan dalam memilih barang atau jasa
yang dibutuhkan. Keputusan pembelian yang mendasarkan suatu perilaku konsumen.
Perilaku
konsumen adalah proses terjadinya aktivitas seseorang yang berhubungan
dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan dan pembaharuan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan. Harga
konsumen dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Low
involvement
Yaitu
untuk barang berharga jual rendah. Proses pengambilan keputusan akan mudah.
2. High
involvement
Yaitu
untuk barang berharga jual tinggi. Proses pengambilan keputusan akan jauh lebih
susah dibanding dengan low involvement.
Pengertian
perilaku konsumen menurut beberapa ahli :
Menurut Loudon dan Bitta (1995)
Mencakup
proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik
dalam pengevaluasian, perolehan, penggunaan dan mendapatkan barang atau jasa.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard
(1995)
Pemahaman
terhadap perilaku konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung
dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan
jasa, serta termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan
tersebut.
Menurut Hawkins, Best dan Coney (2007)
Merupakan
studi tentang bagaimana individu, kelompok atau organisasi melakukan proses
pemilihan, pengamanan, penggunaan dan penghentian produk, jasa, pengalaman atau
ide untuk memuaskan kebutuhannya terhadap konsumen dan masyarakat.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007)
Merupakan
studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumber
daya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha) untuk mendapatkan
barang atau jasa yang akan dikonsumsi.
II.
Pendekatan Konsumen Ordinal dan Kardinal
1.
Pendekatan
Konsumen Oridinal
Pendekatan konsumen Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu
barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat
urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok
barang.
Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar
seorang konsumen adalah :
a. Konsumen
rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang
dimilikinya
b. Kepuasan
konsumen dapat diurutkan, ordering
c.
Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak
dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi
menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya. Kelemahan
pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang digunakan bahwa
kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari satu
kepuasan.
2. Pendekatan Konsumen Kardinal
Pendekatan
konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau
utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek
yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna
suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati
Pendekatan
kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal. Pada pendekatan Kardinal
terdapat beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk menunjukan bahwa tingka
konsumennya,yaitu :
a.
Konsumen Rasional, konsumen bertujuan
memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
b.
Diminshing marginal utility, tambahan utilitas
yang diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari
komoditas tersebut
c.
Pendapatan konsumen tetap
d.
Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap
Dan juga asumsi dasar dari Pendekatan Konsumen Kardinal adalah
:
a.
Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b.
Makin banyak barang dikonsumsi makin besar
kepuasan
c.
Terjadi hukum The law of deminishing Marginal
Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan
d.
Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit
barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal
harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan
mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka
dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
III. ELASTISITAS PERMINTAAN
Secara umum, elastisitas adalah
suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan/respon dari julah barang
yang diminta/ ditawarkan akibat perubahan faktor yang mempengaruhinya.
Elastisitas harga permintaan
adalah suatu alat/konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan/ respon
perubahan jumlah/ kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor
yang mempengaruhi. Dalam hal ini pada dasarnya ada tiga variabel utama yang
mempengaruhi, maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu :
a. elastisitas
harga permintaan
b. elastisitas
silang
c. elastisitas
pendapatan
Elastisitas
Harga Permintaan (the price elasticity of demand)
Elastisitas harga permintaan
adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang
tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi
perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di
pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas
barang turun Dan sebaliknya.
Sedangkan tanda elastisitas
selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati
bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair,
dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga
permintaannya dapat dikatakan :
1. Tidak
elastisitas (in elastic)
2. Unitari
(unity) dan
3. Elastis
(elastic)
Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :
Dimana :
Eh = adalah elastisitas harga permintaan
Q = adalah Jumlah barang yang diminta
P = adalah harga barang
tersebut
Δ = adalah delta atau tanda perubahan.
Disamping tiga bentuk
elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan,
yaitu :
Permintaan yang elastis sempurna
(perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan
elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta
terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan
sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan
sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini
berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang
jumlah permintaan dapat lebih banyak.
Kurva permintaan yang tidak
elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah
dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap
perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan
sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol
(Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi
jumlah permintaannya.
Menurut beberapa ahli elastisitas
permintaan harga sebagai berikut :
1. Menurut
Mankiw, The price elasticity of demand measures how much the quantity demanded
responds to a change in price.
2. Menurut
Faried Wijaya, respon yang dinyatakan dalam perubahan jumlah yang diminta
terhadap perubahan harga disebut sebagai elastisitas permintaan terhadap harga.
3. Menurut McEachern, elastisitas harga dari permintaan
adalah ukuran kepekaan kuantitas yang diminta terhadap perubahan harga.
4. Menurut
Sadono Sukirno, suatu pengukuran kwantitatif yang menunjukkan sampai di mana
besarnya pengaruh perubahan harga ke atas perubaha permintaan
5. Menurut
Salvatore, elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang
diminta konsumen akibat adanya perubahan harga barang. Dengan kata lain,
elastisitas harga adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang yang
diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari harga (Budi S, 2009).
Jadi menurut para ahli ekonom elastisitas harga adalah
perubahan atau berapa banyak jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga
barang tersebut. Permintaan suatu barang bisa dikatakan elastis jika konsumen
merespon perubahan harga barang tersebut dengan berubahnya jumlah permintaan
barang yang besar. Sedangkan perubahan jumlah permintaan barang yang sedikit
atau sama sekali tidak berubah terhadap perubahan harga barang tersebut
dikatakan inelastis atau kurang elastis.
Elastisitas
Silang
Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya
tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen,
harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan. Para ahli ekonomi
mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan
dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price
Elasticity of demand). Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan
pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah
merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan
persentase perubahan harga dari barang Y. Apabila hubungan kedua barang
tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu,
maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan
penurunan permintaan terhadap pena. Apabila barang lain tersebut bersifat
substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif,
misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah
permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.
ΔQx Py
Es = ——- x ——- >
0 Substitusi
Δ Px Qx
Δ Qy Px
Es = ——- x ——- <
0 Komplementer
Δ Py Qy
Bentuk
umum dari Elastisitas silang adalah :
Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama
dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas
tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang
lain.
Menurut para ahli ekonom elastisitas silang adalah :
1.
Menurut Mankiw, The cross-price elasticity of
demand is a measure of how much the quantity demanded of one good responds to a
change in the price of another good, computed as the percentage change in
quantity demanded of the first good divided by the percentage change in the
price of the second good.
2.
Menurut McEachern, Elastisitas Silang adalah
persentase perubahan permintaan satu barang akibat persentase perubahan harga
barang lain.
3.
Menurut Maurice & Thomas, elastisitas silang
adalah pengukuran derajat kepekaan relatif dari suatu barang yang diminta
sebagai akibat perubahan pada tingkat harga barang yang diminta sebagai akibat
perubahan pada tingkat harga barang yang lain. Dengan perkataan lain, elastisitas
silang adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang x yang diminta
konsumen dibagi dengan perubahan proporsional dari harga barang y (Budi S,
2009).
4.
Menurut Anthony, cross elasticity of demand
measures the response in the quantity demanded of one good to a change in the
price of a different good.
Jadi, menurut para ekonom elastisitas silang adalah pengukuran
perubahan jumlah permintaan satu barang terhadap perubahan harga barang lain,
dapat dinyatakan dengan :
Jika hasil elastisitas silang positif menunjukkan hubungan
kedua barang adalah subtitusi karena pada saat harga barang y naik, maka
permintaan barang x akan meningkat pula. Sedangkan elastisitas silang negatif
menunjukkan hubungan kedua barang adalah komplemen karena permintaan barang x
akan mengalami peningkatan jika harga barang y turun.
Elastisitas
Pendapatan (The Income Elasticity of Demand)
Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan
konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya
pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas
pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase
perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan,
dengan rumus.
Δ Q Δ Y Δ Q Y
Em = ——-
: ——– atau Em =
——– x ——–
Q
Y ΔY Q
Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan
menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang
akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.
Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan
membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila
pendapatannya naik.
Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang
berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas
tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau
superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah
suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut
adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen.
IV.
Produsen dan Fungsi Produksi
Produksi
adalah usaha menciptakan dan meningkatkan kegunaan suatu barang untuk memenuhi
kebutuhan. Dan orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk dijual atau
dipasarkan disebut produsen. Untuk dapat melakukan kegiatan produksi, seorang
produsen membutuhkan faktor – faktor produksi. Terdapat dua macam faktor
produksi yaitu faktor produksi asli dan faktor produksi turunan.
1.
Faktor produksi asli
Yang
termasuk faktor produksi asli antara lain sebagai berikut :
·
Alam. Contohnya : tanah, air, udara,
sinar matahari, tumbuh – tumbuhan, hewan, barang tambang.
·
Tenaga kerja. Tanpa adanya tenaga kerja,
sumber daya alam yang tersedia tidak akan dapat dirubah atau diolah menjadi
barang hasil produksi.
2.
Faktor produksi turunan
Yang
termasuk faktor produksi turunan adalah modal dan keahlian.
Fungsi Produksi
Fungsi
produksi merupakan interaksi antara masukan (input) dengan keluaran (output).
Misalkan kita memproduksi jeans. Dalam fungsi produksi, jeans itu bisa
diproduksi dengan berbagai macam cara. Kalau salah satu komposisinya diubah
begitu saja, maka hasilnya juga akan berubah. Namun, output dapat tetap sama
bila perubahan satu komposisi diganti dengan komposisi yang lain. Misalnya
penurunan jumlah mesin diganti dengan penambahan tenaga kerja. Secara
matematis, fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :
Q
= f(L, R, C, T)
Dimana
:
Q
= jumlah barang yang dihasilkan (quantity)
F
= symbol persamaan (function)
L
= tenaga kerja (labour)
R
= kekayaan alam (resources)
C
= modal (capital)
T
= teknologi (technology)
Perilaku Produsen
Sebuah
usaha produksi baru bisa bekerja dengan baik bila dijalankan oleh produsen atau
yang sering kita sebut pengusaha. Pengusaha adalah orang yang mencari peluang
yang menguntungkan dan mengambil risiko seperlunya untuk merencanakan dan
mengelola suatu bisnis.
Pengusaha
berbeda dengan pemilik bisnis kecil ataupun manajer. Bila hanya memiliki sebuah
usaha dan hanya berusaha mencari keuntungan, maka orang itu barulah sebatas
pemilik bisnis. Bila orang itu hanya mengatur karyawan dan menggunakan sumber
daya perusahaan untuk usaha, maka orang itu disebut sebagai manajer. Pengusaha
lebih dari keduanya. Pengusaha berusaha mendirikan perusahaan yang
menguntungkan, mencari dan mengelola sumber daya untuk memulai suatu bisnis.
Agar
berhasil seorang pengusaha harus mampu melakukan 4 hal sebagai berikut :
a.
Perencanaan. Perencanaan antara lain terkait dengan penyusunan strategi,
rencana bisnis, serta visi perusahaan. Ia harus tau apa yang ingin ia capai dan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
b.
Pengorganisasian. Semua sumber daya yang ada harus bisa ia kelola untuk
mencapai tujuan perusahaannya, baik sumber daya, modal, maupun manusia.
c.
Pengarahan. Agar rencana bisa terwujud, pengusaha wajib mengarahkan dan
membimbing anak buahnya.
d.
Pengendalian. Kemampuan ini ada hubungannya dengan bagaimana hasil pelaksanaan
kerja tersebut. Apakah sesuai dengan rencana atau justru sebaliknya.
B. Produksi Optimal
Produksi
optimal dikaitkan dengan penggunaan factor produksi untuk memproduksi output
tertentu, posisi optimal ini dicapai dimana tidak dimungkinkan untuk
meningkatkan output tanpa mengurangi produksioutput yang lain.
Tingkat
Produksi Optimal
Tingkat
produksi optimal atau Economic Production Quantitiy (EPQ) adalah sejumlah
produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan
(Yamit, 2002). Metode EPQ dapatdicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up
cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimum.
Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biayapersediaan atau
total inventori cost (TIC) minimum.
Metode
EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi.
Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh
terhadap biaya persiapan.Metode EPQ menggunakan asumsi sbb :
1.
barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari
tingkat permintaan.
2.
selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama
dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3.
Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena
penggunaan selama pemenuhan.
Penentuan Volume Produksi yang Optimal
Menurut
Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya
variable saja. Biaya variable dalam persediaan pada prinsipnya dapat
digolongkan sbb :
1.
Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses
produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
2.
Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang
disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Biaya
penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila rata-rata persediaan semakin tinggi.Biaya yang termasuk sebagai biaya
penyimpanan diantaranya :
1.
Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan
(termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
2.
Biaya modal (opportunity cost of
capital)
3.
Biaya keusangan
4.
Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi
laporan
5.
Biaya asuransi persediaan
6.
Biaya pajak persediaan
7.
Biaya pencurian, pengrusakan atau
perampokan
8.
Biaya penanganan persediaan, dan
sebagainya.
Least Cost Combination adalah
menentukan kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah
produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan. ISoquant atau Isoproduct Curve
adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara berbagai kemungkinan kombinasi 2
input variable dengan tingkat putput tertentu. Dalam hal ini pengusaha masih
dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input
yang digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang
menggantikan atau yang mensubstitusi. Jadi, selama DX2.P2 > DX1.P1 maka
penggantian DX2 oleh DX1 masih menguntungkan.
V. BIAYA (COST)
Definisi
Biaya menurut pakarnya :
a.
Menurur Mulyadi
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
satuan untuk satuan tertentu.
b.
Sunarto
Biaya merupakan harga pokok atau bagiannya
yang telah dimanfaatkan atau dikomsumsi untuk memperoleh pendapatan.
c.
Sulasriningsih dan Zulkifli
Dalam artian sempit, biaya merupakan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva, sedangkan dalam artian luas, biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Macam-maca biaya :
Menurut Mulyadi (2005:14) terdapat berbagai macam biaya dalam
satu perusahaan yaitu :
1.
Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
2.
Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
3.
Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum merupakan
biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Keuntungan
maksimum adalah keuntungan penuh dari output yang telah di produksi sebelumnya.
1.Pendekatan Total
Laba Total (p) adalah
perbedaan antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC). Laba terbesar
terjadi pada selisih posistif terbesar antara TR dengan TC. Pada selisih negative antar TR dengan TC
perusahaan mengalami kerugian, sedang jika TR = TC perusahaan berada pada titik
impas.
Dalam menentukan keuntungan maksimum ada 2 cara sebagai
berikut:
a) Keuntungan
maksimum dicari dengan jalan mencari selisih antara keuntungan maksimum dengan
ongkos minimum.
b) Keuntungan
maksimum terjadi pada saat MR = MC.
Hasil Penjualan Total,seluruh jumlah pendapatan yang diterima
perusahaan dari menjual barangjang diproduksikannja dinamakan hasil penjualan
total (TR:yaitu dari perkataan Total Revenue).Telah diterangkan bahwa dalam
persaingan sempurna harga tidak akan berubah walau bagaimanapun banyaknya
jumlah barang yang dijual perusahaan.Ini menyebabkan kurva penjualan total (TR)
adalah berbentuk garis lurus yang bermula dari titik O.
Mencari
Keuntungan Dengan Pendekatan Total
Kurva TC berada di atas kurva TR menggambarkan bahwa
perusahaan mengalami kerugian. Produksi mencapai diantara 2 sampai 9 unit kurva
TC berada di bawah kurva TR,perusahaan memperoleh keuntungan.Menentukan
Keuntungan Maksimum dengan Kurva Biaya dan Penjualan Total.Garis tegak di
antara TC dan TR,garis tegak yang terpanjang produksi adalah 7
unit,menggambarkan keuntungan yang paling maksimum.Produksi mencapai 10 unit
atau lebih kurva TC telah beada di atas kurva TR kembali, perusahaan mengalami
kerugian kembali.Perpotongan di antara kurva TC dan kurva TR dinamakan titik
impas (break-even point) yang menggambarkan biaya total yang dikeluarkan
perusahaan adalah sama dengan hasil penjualan
total yang diterimanya.Perpotongan tersebut berlaku di dua titik,yaitu
titik A dan titik B.
2. Pendekatan Marginal
Perusahaan memaksimumkan keuntungan pada saat penerimaan
marginal (MR) sama dengan biaya marginal (MC).Biaya Marginal (MC) adalah
perubahan biaya total perunit perubahan output.
Secara matematis dirumuskan:
Penerimaan Marginal (MR) adalah perubahan penerimaan total per
unit output atau penjualan.Hasil Penjualan Marjinal,satu konsep (istilah)
mengenai hasil penjualan yang sangat penting untuk diketahui dalam analisis
penentuan harga dan produksi oleh suatu perusahaan adalah pengertian hasil
penjualan marjinal (MR yang merupakan singkatan dari perkataan
Marjinal’Revenue), yaitu tambahan hasil penjualanjangdiperoleh perusahaan dari
menjual satu unit lagi barangyang diproduksikannya.Dalam pasar persaingan
sempurna berlaku keadaan berikut harga hasil penjualan rata-rata hasil
penjualan marjinal.Kurva d() = AR0 = MRn menggambarkan kesamaan tersebut pada
harga Rp 3000, dan kurva d0 = AR0 = MR0 menggambarkan kesamaan tersebut pada
harga Rp 6000.
Mencari
Keuntungan Maksimum Dengan Pendekatan Marginal
Pendekatan Biaya Marjinal dan Hasil Penjualan Marjinal.Dalam
jangka pendek terdapat empat kemungkinan dalam corak keuntungan atau kerugian
perusahaan (atau keadaan keseimbangan perusahaan),yaitu :
- Mendapat untung luar biasa (untung melebihi normal)
- Mendapat untung normal
- Mengalami kerugaian tetapi masih dapat membayar biaya
berubah
- Dalam keadaan menutup atau membubarkan perusahaan.
3.Pendekatan Rata-rata
Hasil Penjualan Rata-rata,untuk suatu perusahaan dalam pasar
persaingan sempurna hasil penjualan rata-rata (AR) adalah harga barang yang
diproduksi perusahaan adalah Rp 3000 maka d0=AR0= MRQ adalah kurva permintaan
yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian kurva ini adalah kurva hasil
penjualan rata-rata pada harga barang sebanyak Rp 3000 (dan dinyatakan sebagai
AR^. Kalau harga barang yang dijual perusahaan adalah Rp 6000, kurva d} = AR} =
MRj adalah kurva permintaan dan juga kurva hasil penjualan rata-rata pada harga
Rp 6000.
Dalam mencari keuntungan maksimum dengan pendekatan
rata-rata,yaitu menggabungkan antara pasar persaingan sempurna dengan
persaingan pasar tidak sempurna.
Referensi :